Meninggalkan atau Ditinggalkan?




Katanya hidup itu suatu pilihan.
Mulai dari bangun tidur; kita pasti bakal dihadapkan pada pilihan, entah itu bangun tidur lalu mandi dan berangkat ngampus, atau tarik selimut dan tidur lagi.
Di kampus milih lagi nih, mau tidur di kelas atau scroll timeline sosial media, atau merhatiin dosen dan nyatet apa - apa yang penting (siapa tau keluar di ujian).
Sampai malem pun masih aja harus milih; balik kosan langsung tidur, atau ngerjain hal - hal lain sebelum semuanya jadi numpuk.

Semua pilihan pasti ada "konsekuensi"nya masing - masing.
Kalau diibaratkan sih, seperti kita disuruh milih mau dapet kotak hadiah apa. Isi semua kotak pasti beda - beda, dan apa yang kita dapat tergantung apa yang dipilih. Entah itu positif atau negatif.
Yang gak semua orang tahu (atau sadari, mungkin), semua kotak yang dipilih itu pasti ada sisi "positifnya", sekalipun di kotak yang isinya negatif. Misal nih saat bangun pagi, kita milih buat tarik selimut dan tidur lagi. Jelas lah yaa, bolos kuliah kaya gitu bukan hal yang bisa dibilang positif. Tapi siapa tau? Mungkin aja semaleman kita udah begadang karena mengerjakan sesuatu (entah itu penting atau engga), dan berakibat kalau kita tetep maksa bangun dari kasur, jadinya malah pingsan atau sakit (who knows). Jadi tidur lagi merupakan pilihan yang "menyelamatkan" kita dari kejadian yang gak diinginkan.
Jadi..
Tergantung sudut pandang dan cara kita menyikapinya buat tahu itu positif atau negatif. Bisa jadi sesuatu yang negatif buat orang lain itu sebenernya hal yang positif buat kita. Ataupun sebaliknya.
Intinya, setiap orang punya pilihannya masing-masing dan konsekuensi yang harus ditanggung dari pilihan tersebut.
Tinggal gimana caranya kita bisa tetep "bertanggung jawab" dalam menjalani pilihan yang udah dipilih itu.

Bicara tentang pilihan, sore tadi sebuah pikiran random melintas di otak ini yang lagi dalam kondisi melow tanpa sebab yang jelas (dicurigai sih melow karena kangen doi wkwk).
Kata akun - akun galau di IG sih, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Awalnya ku cuma mikir ungkapan itu hanyalah sebuah pembelaan dari seseorang yang pernah merasakan kehilangan atau perpisahan. Wedew.
Tapi semakin dipikir, ada benernya juga sih ungkapan itu (ini ku ngomong gini bukan berarti lagi dalam fase kehilangan seseorang ya). Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Entah itu karena pilihan, atau karena kematian.
Dalam suatu hubungan (entah itu asmara, keluarga, atau hubungan lainnya yang mungkin sulit didefinisikan), seseorang punya hak dalam pilihannya sendiri. Entah itu untuk tetap ada dalam hubungan itu atau mengakhiri semuanya. Meninggalkan atau ditinggalkan. Banyak orang di luar sana yang "ditinggalkan" oleh orang - orang terkasih mereka. Dan kebanyakan sulit untuk menerima kepergian orang tersebut. Entah karena rasa sayang yang teramat dalam, ketidak-ikhlasan, atau alasan lainnya yang memang masuk akal. Mungkin alasan dibalik kepergian seseorang gak selamanya bisa dijadikan pembenaran atas kepergian itu (kecuali kematian mungkin). Tapi tetap saja orang yang meninggalkan punya hak atas pilihannya sendiri. Bukankah begitu?

Mungkin orang yang meninggalkan tidak sepenuhnya benar, terutama jika membuat sedih seseorang yang ditinggalkan (membuat sedih orang lain bukan perbuatan yang benar, bukan?). Tetapi pilihan tetaplah pilihan. Dan setiap orang punya hak atas pilihannya dan konsekuensi yang harus ditanggung dari pilihan itu. 

Sekarang, bagaimana dengan orang yang ditinggalkan? Haruskah diam saja?
Karena percuma saja mengingkari keadaan atau memohon kepada dia yang pergi untuk kembali (mending kalau kembali, kalau engga?), alangkah baiknya jika kita mulai menerima apa yang sudah terjadi. Belajar ikhlas dan merelakan. Dalam suatu hubungan asmara, jika dia memang jodohmu, dia pasti akan kembali bukan? Atau mungkin dia tidak sepantas itu untuk bersanding denganmu, sehingga Tuhan memisahkan mu dengannya dan akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi. Karena konon katanya apa yang kita kira baik, belum tentu baik untuk kita. Dan rencana Tuhan jauh lebih baik dari rencana kita.

Mungkin untuk suatu hubungan lainnya, apapun itu tetaplah sama. Jika kita dalam posisi orang yang ditinggalkan, mulailah menerima keadaan yang ada*. Gak masalah buat sedih, berduka, atau murung dalam jangka waktu tertentu. Asal jangan kelamaan dan mengganggu kehidupanmu kedepannya. Ikhlas, karena yakin rencana Tuhan jauh lebih indah dan lebih baik untuk kita. Semangat!

*sesungguhnya ini sedang dalam proses menasehati diri sendiri yang terkadang sulit untuk menerima keadaan yang ada.

#CeritaAdis

Comments

Popular posts from this blog

Matematika dan Segala Drama-nya

Ditinggal Nikah

Yet to Come