Posts

Yet to Come

Image
source : Pinterest Tulisan ini ditulis sebagai hasil refleksi diri setelah mendengarkan salah lagu barunya BTS di tanggal 10 Juni 2022. Sebelum masuk ke tulisan inti, gue baru sadar ternyata sudah hampir dua tahun berlalu sejak tulisan terakhir yang gue posting di blog ini. Lalu gue berpikir, kemana aja gue dua tahun ini, kok bisa gak mencurahkan keruwetan hati dan pikiran gue dalam bentuk tulisan? Tapi pembahasan ini kayaknya bakal gue bahas di tulisan lain. Ngomong-ngomong soal BTS, mereka baru comeback kemarin, tanggal 10 Juni 2022 dengan album baru mereka; Proof. Sekilas info, album ini merupakan album antologi pertama yang dikeluarkan BTS dengan total 48 lagu yang terbagi ke dalam 3 CD. Di dalamnya terdapat beberapa lagu baru, lagu-lagu hit BTS yang pernah dirilis sebelumnya, dan lagu-lagu dalam versi demo yang belum pernah dirilis sebelumnya. Kemarin, gue mendengarkan salah satu lagu barunya yang berjudul “Yet To Come (The Most Beautiful Moment)”. Ketika baca terjemahan lirik

Tentang Rasa

Image
Rasa itu ada, dalam setiap dentingan waktu yang bertalu keras. Sebagai teman menghujam sunyi kala peradaban tertidur.  Rasa itu ada, dalam rintik kecil di sore hari. Dingin yang menghangatkan, membuat pilu semakin nyaman.  Rasa itu tetap ada, dalam helaan napas panjang kala hidup terasa hampa. Menemani diri membabat habis seluruh ekspektasi akan hidup.  Rasa itu selalu ada, bahkan dalam bayang-bayang kematian. Saat hidup sangat dekat dengan kata pulang yang abadi.  Rasa itu akan terus ada. Bahkan saat kau mengelak dan berlari berlawanan.  Ia tetap ada, sampai kau menerima dengan utuh dan apa adanya.  #NgomongSendiri

Ditinggal Nikah

Image
Tulisan ini gue dedikasikan untuk temen curhat gue yang baru aja ditinggal nikah oleh perempuan yang dia suka sejak bertahun – tahun lalu.   Pertama gue tahu kalau perempuan yang disukai temen gue menikah, gue speechless . Gue langsung keingetan temen gue itu. Gue langsung chat dan nanya dia. “Kenapa lu ga cerita???” Tentu saja dia tahu pertanyaan ini mengarah ke siapa. Gue tanya apa dia baik – baik aja, gimana perasaannya. Kapan dia tahu tentang ini. Kenapa dia ga cerita ke gue. Entah kenapa, gue sedih. Sediiiiiihhh banget. Hati gue merasa ditusuk (padahal bukan gue yang ditinggal nikah). Gue ga tahu kenapa gue ngerasa kayak gitu. Mungkin karena gue tahu temen gue ini udah suka sama perempuan itu dari lama. Bukan sekadar suka, dia tergila - gila (yang tentu saja, dalam artian baik). Buat dia, perempuan itu seorang panutan. Banyak bikin dia termotivasi. Dia belajar banyak dari perempuan itu. Katanya sih perempuan itu ga tahu kalau temen gue ini sayang sama dia. Tapi, dilihat da

Matematika dan Segala Drama-nya

Image
Kali ini gue mau curhat tentang masa – masa gue kuliah. Banyak drama-nya, cuy. Jadi, saat ini gue berkuliah di Universitas Padjadjaran (Unpad) Fakultas MIPA Jurusan Matematika. Kenapa pilih Matematika murni? Itu adalah pertanyaan yang sering gue terima di awal gue masuk kuliah. Jawabannya, hanya karena gue senang sama Matematika dan itu mata pelajaran yang paling gue kuasai dibanding mata pelajaran lain. Berbeda dengan temen – teman gue yang lain yang sudah tau mau ngapain di Matematika dan mau jadi apa nantinya, gue hanya terjun bebas ke dalam jurusan ini dengan alasan suka. Pertama kali gue masuk Matematika Unpad, gue merasa bangga. Banyak orang yang bilang “wah, kamu keren, ambil jurusan Matematika murni”. Ada juga yang bilang “oh, lulusnya nanti jadi guru ya”. Ga sedikit komentar nyinyir yang gue dapatkan, tapi tak terlalu gue hiraukan. Yang penting gue nyaman dengan pilihan jurusan gue sekarang. Banyaaaakkk banget suka duka yang terjadi selama gue kuliah di jurusan ini. Waktu seme

Kamu.. Dimana?

Image
Jam menunjukkan pukul dua. Sudah dini hari. Banyak yang ingin dikatakan, tapi tak kuasa dikeluarkan. Berapa banyak lagi yang harus dipendam? Kamu.. dimana? Mentari sudah hadir menggantikan bulan. Hangat menyentuh kulit. Ingin tersenyum menyambut, namun wajah terasa kaku. Tak bisa digerakkan. Kamu.. dimana? Kapan terakhir kali kamu merasa beruntung hidup di dunia? Apakah saat ulang tahun dikelilingi banyak orang? Atau kah saat berhasil sembuh dari suatu penyakit? Saat berhasil menyelesaikan studi dengan nilai baik, mungkin? Atau saat melihat orang tua mu tersenyum bangga atas keberhasilan mu? Kamu.. dimana? Atau mungkin, kebahagiaan mu ada saat kau berhasil menangkap undur - undur dari dalam tanah? Berhasil mengejar layangan putus? Atau kah saat menang catur melawan Ayah? Atau saat berhasil memasak kue coklat yang lezat? Mungkin kah, saat dibolehlan bermain hujan di luar sana? Kamu.. dimana? Di masa - masa terpurukmu, apa yang kau lakukan? Menangiskah? Atau menyakiti diri sendiri? Menya

Manusia Pesakitan

Image
Katanya, manusia punya enam emosi dasar dalam dirinya. Bahagia, sedih, takut, jijik, marah, dan terkejut. Kadangkala ia dapat merasakan semua emosi itu. Menjadi manusia normal seutuhnya. Tapi seringkali, ia tak dapat merasakan apa-apa.  Ia tak bahagia, tak juga sedih. Ia tak takut, apalagi jijik. Tak marah dan tak terkejut. Ia merasa hampa. Bahkan saat benda tajam menembus kulit tangannya, ia tetap merasa hampa. Tak ada rasa sakit. Suatu ketika, kakinya bergetar hebat. Ia merasakan keram hebat. Saat keramnya mulai pulih, ada sensasi aneh di tungkai kakinya. Ia tak merasakan apa-apa. Ia mati rasa. Ia jatuh tanpa bisa menggerakkan kakinya. Kursi roda. Kini ia berteman baik dengan kursi itu. Ternyata bukan perasaannya saja yang mati rasa. Kakinya juga. Ia tak akan pernah bisa berjalan normal lagi.  Makin sering benda tajam menusuk kulit tangannya, tapi tetap saja, tak ada rasa sakit. Saat ia melihat darah yang perlahan mengucur, ia hanya bisa melihatnya tanpa merasakan apa-apa. Kini ia le

Manusia Tanpa Cerita

Image
Ia hidup. Setidaknya itulah yang terlihat. Tapi aku tak tahu, apakah jiwanya pun turut hidup atau tidak. Ia tak punya nama. Atau hanya aku lah yang tak tahu nama dari dirinya, sehingga ku anggap ia tak punya nama. Ia tersenyum, kadangkala tertawa. Tapi aku tak mengerti, mengapa matanya redup saat ia tersenyum. Apakah senyumnya hanya sebatas tarikan bibir agar terlihat hidup? Ia selalu ada untuk mendengarkan. Aku yang selalu banyak berbicara, bercerita, berkhayal, mendongeng. Ia hanya disana, diam mendengarkan. Saat ku tanya apakah ia punya cerita, ia selalu menggeleng. Seolah ia hidup tanpa alur. Hidup yang hanya dijalani karena harus dijalani. Saat cerita ku sudah habis dibagi, kami kehabisan topik percakapan. Hanya diam saling melihat, tanpa ada satu pun kata yang terucap. Kadangkala situasi ini tetap menyenangkan. Tapi seringkali, ini membuatku sedih. Tak sekali – dua kali aku melihat binar matanya hilang. Redup. Seolah ia memang tak hidup. Aku tak mampu menghidupkan binar itu. Mung

Putus

Image
Ini sudah hari ketiga ia tak menghubungi sama sekali. Aku sudah benar Рbenar kesal dan putus asa. Di kampus pun ia tidak menyapaku sama sekali. Kami seperti orang yang tidak saling mengenal. Kami bertengkar hebat tiga hari yang lalu, menyisakan masalah yang tak terselesaikan. Sejak hari itu kami tidak saling menghubungi. Sore tadi tiba Рtiba ia menghubungi ku. Mengajakku bertemu di luar untuk mengobrol. Aku hanya meng-iya-kan tanpa bertanya topik apa yang akan diobrolkan. Tentu saja tentang masalah ini. Aku memiliki firasat buruk tentang obrolan nanti. Sepertinya hubungan ini tidak akan berhasil. Kami bertemu di caf̩ malam itu. Ia sudah berada di sana lebih dulu. Setelah memesan minuman, ia mulai berbicara. Ia bertanya apakah ada hal yang ingin aku sampaikan. Tentu saja ada, banyak sekali yang ingin aku katakan padanya. Namun ku persilahkan ia berbicara duluan. Ia hanya diam, cukup lama. Sampai akhirnya ia berkata, bahwa ia lelah dengan semua ini. Lelah denga

Mantan

Image
Pagi itu aku merasa demam. Sudah dua hari ini aku merasa pusing dan selalu muntah - muntah setiap sore menjelang malam. Maag ku sedang parah sepertinya. Setelah meminum beberapa obat, ku paksakan pergi ke kampus menggunakan ojek. Aku tetap harus masuk kelas karena hari ini diadakan kuis dan tidak ada susulan. Beruntungnya aku hanya ada satu kelas hari ini. Setelah kuis berakhir, aku segera pulang ke kos – an ku. Badan ku semakin tak karuan. Aku kembali memesan ojek karena tak yakin bisa sampai kos – kosan ku dengan selamat jika aku pulang menggunakan angkutan umum. Badan ku sudah benar – benar lemas saat aku naik ke lantai dua dimana kamar ku berada. Saat membuka kunci kamar, ku rasakan sakit kepala hebat dan tiba – tiba saja semuanya menjadi gelap. Mataku perlahan terbuka karena mencium bau kayu putih. Ku lihat aku terbaring lesu di lantai depan kamar ku. Beruntungnya aku ditemukan oleh teman kos ku. Segera setelah aku sadar, ia langsung membopongku menuju motorn

Tentang Berserah Diri

Image
Gue lagi sedikit nostalgia nih, tentang peristiwa - peristiwa yang terjadi di hidup gue. Gue keingetan pas gue masuk rumah sakit dulu, gara - gara DBD. Sepuluh hari full cuy, di rumah sakit. Lebih lama dibanding saat gue operasi usus buntu dulu. Ditambah lagi dengan drama tiga Kali bulak - balik UGD sebelumnya, karena hasil cek darah gue normal tapi suhu tubuh gue selalu tinggi. DBD gue parah waktu itu. Suhu tubuh gue selalu 39 derajat koma sekian. Kalaupun diinfusin penurun panas, cuma turun ke angka 38 koma dan palingan bertahan 3 jam terus naik lagi. Waktu itu gue udah ga bisa ngapa - ngapain. Gabisa bangun dari kasur (gue bahkan pipis pake pampers ), makanan dan minuman terasa hambar di lidah gue, badan gue lemes, panas, kepala gue pusing ga karuan. Itu kali pertama gue ga buka hp sama sekali selama sepuluh hari. Gue sesakit itu. Gue sampe bosen diambil darah tiap pagi dan disuntik sana - sini. Infusan gue juga dipindah posisi karena tangan gue bengkak. Sampe sua

Sepi

Image
Sepi adalah kawan, kala hadir menjadi tiada. Ia setia, lebih sering ada dibanding yang selalu ada. Jika ia punya nyawa, mungkin ia sudah menjadi teman hidupku sampai akhir. Terima kasih sepi, untuk segala waktu yang kau sisihkan. #NgomongSendiri

Cincin Bermata Satu

Image
Aku mematut diriku di depan cermin untuk terakhir kalinya, memastikan penampilan ku sempurna. Aku tersenyum gugup, memperlihatkan pantulan cermin yang juga tersenyum menatapku. Hati ku berdebar kencang, aku sedikit takut ia akan meledak. Malam ini malam yang penting. Sekali lagi aku memeriksa saku dalam jaket ku, memastikan kotak beludru merah itu ada disana. Memastikan semuanya sempurna malam ini.  Aku meraih kunci mobil dan melaju menuju rumah kos gadis itu. Ia sudah menunggu di depan dan segera masuk mobil ketika aku berhenti. Ia begitu cantik malam ini. Menggunakan terusan berwarna hitam, senada dengan baju atasan ku. Malam ini kami akan berjalan - jalan menikmati malam kamis yang cerah, merayakan hari jadi kami yang ke lima tahun. Aku melajukan kembali mobil ku menuju street food di kota ini. Daripada cafe , kami lebih senang menghabiskan waktu bersama di street food ataupun warung lamongan favorit kami. Jalanan lenggang. Jam pulang kantor sudah berlalu sejam yang lalu

Putri dan Kutukan

Image
Dia cantik. Manis. Menawan. Tingkah lakunya anggun. Tapi ia tak bahagia. Senyum dan tawa jarang menghiasi wajahnya. Ia selalu murung dan sedih. Seperti sudah berteman akrab dengan pahit. Suatu ketika, Pangeran datang menyambangi kerajaannya. Itu kali pertama ku lihat ia tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit. Sang Pangeran memiliki urusan dengan Ayah nya. Sebelum pulang, ia menyempatkan diri untuk mengobrol dengan sang Putri di halaman istana. Ku lihat sang Putri sesekali tertawa dengan anggun. Oh Tuhan, ini benar - benar kali pertama ku lihat ia begitu bahagia. Bak kisah dongeng, sang Putri dan Pangeran saling jatuh cinta. Seminggu lagi adalah pesta pernikahannya. Sudah sejak berbulan - bulan lalu pesta ini disiapkan, mengundang seluruh kerajaan di daerah itu. Saat ini, Pangeran sedang ikut dalam perburuan. Namun ia berjanji untuk hadir menemui sang Putri, 3 hari sebelum pesta digelar. Saat 3 hari sebelum pesta pernikahan diadakan, sang Pangeran

Rumah

Image
Getaran itu masih ada. Nyata adanya. Di sela-sela tawa mu yang bergemuruh. Di antara kedua matamu yang membentuk bulan sabit saat tersenyum. Getarannya masih sama. Degup jantung ini tetap kencang. Hati ini masih hangat. Setelah bertahun - tahun, jawabannya masih sama. Jawabannya ada pada dirimu. Aku ingin jadi orang pertama yang kau cari saat kau merasa sedih dan gusar. Jadi tempat mu berkeluh - kesah kala hati mu gundah. Jadi alasan dibalik senyum mu yang merekah. Menampung segala keluh kesah dan bahagia mu. Jadi rumah tempat mu pulang.  Ya, rumah tempat mu pulang. #NgomongSendiri

'Harusnya'

Image
"Harusnya kamu ngerti" "Harusnya kamu tahu" "Harusnya kamu ga kaya gini" "Harusnya kamu kaya gitu" "Harusnya kamu lebih dewasa" "Harusnya kamu ..." "Harusnya ..." 'Harusnya' jadi kata paling menyakitkan saat ini. Seperti dituntut untuk menjadi lebih, melebihi kapasitas diri. Seperti mengharapkan orang lain yang bukan diri sendiri. Asing. Merasa salah jika diri ini bukan seperti yang seharusnya. Padahal, siapa kamu berani bilang 'harusnya'? #NgomongSendiri