Matematika dan Segala Drama-nya




Kali ini gue mau curhat tentang masa – masa gue kuliah. Banyak drama-nya, cuy.

Jadi, saat ini gue berkuliah di Universitas Padjadjaran (Unpad) Fakultas MIPA Jurusan Matematika. Kenapa pilih Matematika murni? Itu adalah pertanyaan yang sering gue terima di awal gue masuk kuliah. Jawabannya, hanya karena gue senang sama Matematika dan itu mata pelajaran yang paling gue kuasai dibanding mata pelajaran lain. Berbeda dengan temen – teman gue yang lain yang sudah tau mau ngapain di Matematika dan mau jadi apa nantinya, gue hanya terjun bebas ke dalam jurusan ini dengan alasan suka.

Pertama kali gue masuk Matematika Unpad, gue merasa bangga. Banyak orang yang bilang “wah, kamu keren, ambil jurusan Matematika murni”. Ada juga yang bilang “oh, lulusnya nanti jadi guru ya”. Ga sedikit komentar nyinyir yang gue dapatkan, tapi tak terlalu gue hiraukan. Yang penting gue nyaman dengan pilihan jurusan gue sekarang.

Banyaaaakkk banget suka duka yang terjadi selama gue kuliah di jurusan ini. Waktu semester satu dulu, gue hanya belajar dua mata kuliah yang berkaitan dengan jurusan Matematika, salah satunya Kalkulus I. Saat belajar mata kuliah itu, gue banyak merenung sebenarnya selama di SMA, gue belajar materi Matematika apa sih. Kenapa banyak yang gue gak paham dan belum pernah gue pelajari sebelumnya. Padahal katanya itu masih materi untuk siswa SMA dan ini hanya mengulang. Gue benar – benar merasa tertinggal.

Mungkin karena saat itu gue masih dalam tahap penyesuaian, banyak hal yang sulit untuk gue kejar. Materi Matematika yang sulit dipahami, Dosen yang ngajar dengan kecepatan tinggi membuat gue sulit untuk membuat catatan, dan ga sekali gue tiba – tiba ditunjuk buat menjawab soal di papan tulis. Berkali – kali gue merasa menyesal sudah masuk ke jurusan ini. Namun gue harus tetap bertahan, karena hanya mata pelajaran ini lah yang gue kuasai.

Waktu itu gue banyak meluangkan waktu untuk belajar lebih. Gak jarang gue mendapatkan nilai kuis di bawah 50. Tentu saja ini membuat gue kaget, karena semasa SMA gue termasuk siswa yang punya nilai bagus. Namun apa daya, kapasitas otak ini memang segitu. Banyak dari teman gue dulu yang nangis setelah ujian karena gak bisa jawab soal ujian dengan baik. Beruntungnya gue, tidak sampai nangis.

Sampai akhirnya, karena gue banyak meminta bantuan belajar kepada teman – teman gue yang lebih paham, nilai akademik gue perlahan membaik. Gue mulai bisa beradaptasi belajar Matematika dengan lebih baik. Gue memang yakin, semuanya butuh proses dan perjuangan yang ga instan. Perlahan tapi pasti, gue mulai nyaman di jurusan ini.

Ternyata perjuangan di jurusan ini memang tidak hanya sampai situ. Materi yang semakin sulit untuk dipelajari dan semakin banyak Dosen unik yang mengajar dengan berbagai cara, membuat gue merasakan lagi pahitnya kesulitan belajar. Belum lagi ditambah dengan kesibukan organisasi membuat gue harus pintar dalam mengatur waktu. Gue pernah mendapatkan kelas dengan Dosen yang memiliki suara sangat pelaaaaannn dan halus. Yang bisa mendengar suaran Beliau hanya orang – orang di dua barisan terdepan. Sisanya hanya bisa melihat catatan teman di depannya. Saat itu semester lima. Gue sedang sibuk – sibuknya mengikuti organisasi, dan sedang sering – seringnya keluar – masuk Rumah Sakit. Itu membuat gue hanya bisa duduk di tengah (padahal gue termasuk mahasiswa yang hampir selalu duduk di barisan depan, soalnya kalau di belakang gue ngantuk) karena gue takut disuruh maju untuk mengerjakan soal sedangkan gue gak ngerti materinya. Tentu saja, suara Beliau tidak terdengar oleh gue. Perbuatan gue ini membuat gue mendapatkan nilai D di akhir, untuk pertama kalinya.

Tapi, selain Dosen – Dosen unik tadi, di jurusan ini juga banyak Dosen – Dosen yang seru dan memiliki banyak pengetahuan umum untuk dibagi. Salah satu dosen favorit gue, banyak ngasih cerita tentang pengalamannya dengan Matematika. Itu bikin gue sangat tertarik. Matematika juga membuat pikiran gue lebih terbuka, logis, dan sistematis. Gue menjadi manusia yang bisa lebih berpikir secara logis dan sistematis. Sedikit banyak Matematika telah membuat gue menjadi manusia yang berguna dan lebih baik. Ia juga mengajarkan gue kesabaran dalam belajar dan meraih sesuatu. 

Gue juga inget, dulu ada mata kuliah Metode Penelitian, diampu oleh Profesor di jurusan gue. Asik banget itu kelas. Kita bahas banyak hal, bahkan sampe bahas filsafat Matematika dan hubungannya dengan agama. Kita banyak bikin makalah individu. Dan itu seru banget!

Gue ingat pernah nangis pas lagi belajar salah satu mata kuliah untuk ujian. Mata kuliah tsb sangaaaattt sulit dan gue hampir merasa putus asa. Gue juga mulai memahami bahwa belajar buat ujian gak bisa dilakukan hanya sehari sebelum ujian, tapi harus berhari – hari sebelumnya. Dan tentu saja tidak bisa hanya dengan membaca materi, harus dengan banyak latihan soal yang berbeda – beda jenisnya.

Gue juga pernah ga belajar sama sekali buat ujian, karena gue tahu itu percuma dan buang - buang waktu wkwkwk. Berakhir dengan gue yang gabisa jawab soal pas besoknya, bahkan untuk mengarang bebas aja gue ga bisa. Buntu. Wkwkwkwk. Temen sebelah gue udah minta tambahan kertas folio aja buat nulis jawaban wkwkwk. Temen gue yang duduk di depan udah asik tidur, sampe dibangunin sama pengawas buat ngecek kartu ujian. Ngakak. Bener - bener emang. Hidup gue se-lelucon ini di Matematika.

Tapi gue kangen nginep buat belajar bareng sama temen - temen gue. Kangen belajar sampe begadang tapi pas adzan subuh terdengar, gue masih ga tahu gue belajar apa semalaman. Wkwkwkwk. Rindu masa -  masa degdegan karena mau ujian mata kuliah yang susahnya gaada dua. Gak deng. Mata kuliah Matematika memang menguras otak semua.

Kini gue lagi ngerjain tugas akhir. Gue milih topik Aljabar yang banyak dihindari oleh orang – orang di jurusan Matematika. Katanya sulit. Tapi memang dasar gue, sukanya sama yang sulit – sulit padahal otaknya ga nyampe wkwkwk. Doakan gue segera lulus yaaa!

 

#CeritaAdis

Comments

Popular posts from this blog

Ditinggal Nikah

Yet to Come