Posts

Showing posts from April, 2020

Tentang Berserah Diri

Image
Gue lagi sedikit nostalgia nih, tentang peristiwa - peristiwa yang terjadi di hidup gue. Gue keingetan pas gue masuk rumah sakit dulu, gara - gara DBD. Sepuluh hari full cuy, di rumah sakit. Lebih lama dibanding saat gue operasi usus buntu dulu. Ditambah lagi dengan drama tiga Kali bulak - balik UGD sebelumnya, karena hasil cek darah gue normal tapi suhu tubuh gue selalu tinggi. DBD gue parah waktu itu. Suhu tubuh gue selalu 39 derajat koma sekian. Kalaupun diinfusin penurun panas, cuma turun ke angka 38 koma dan palingan bertahan 3 jam terus naik lagi. Waktu itu gue udah ga bisa ngapa - ngapain. Gabisa bangun dari kasur (gue bahkan pipis pake pampers ), makanan dan minuman terasa hambar di lidah gue, badan gue lemes, panas, kepala gue pusing ga karuan. Itu kali pertama gue ga buka hp sama sekali selama sepuluh hari. Gue sesakit itu. Gue sampe bosen diambil darah tiap pagi dan disuntik sana - sini. Infusan gue juga dipindah posisi karena tangan gue bengkak. Sampe sua

Sepi

Image
Sepi adalah kawan, kala hadir menjadi tiada. Ia setia, lebih sering ada dibanding yang selalu ada. Jika ia punya nyawa, mungkin ia sudah menjadi teman hidupku sampai akhir. Terima kasih sepi, untuk segala waktu yang kau sisihkan. #NgomongSendiri

Cincin Bermata Satu

Image
Aku mematut diriku di depan cermin untuk terakhir kalinya, memastikan penampilan ku sempurna. Aku tersenyum gugup, memperlihatkan pantulan cermin yang juga tersenyum menatapku. Hati ku berdebar kencang, aku sedikit takut ia akan meledak. Malam ini malam yang penting. Sekali lagi aku memeriksa saku dalam jaket ku, memastikan kotak beludru merah itu ada disana. Memastikan semuanya sempurna malam ini.  Aku meraih kunci mobil dan melaju menuju rumah kos gadis itu. Ia sudah menunggu di depan dan segera masuk mobil ketika aku berhenti. Ia begitu cantik malam ini. Menggunakan terusan berwarna hitam, senada dengan baju atasan ku. Malam ini kami akan berjalan - jalan menikmati malam kamis yang cerah, merayakan hari jadi kami yang ke lima tahun. Aku melajukan kembali mobil ku menuju street food di kota ini. Daripada cafe , kami lebih senang menghabiskan waktu bersama di street food ataupun warung lamongan favorit kami. Jalanan lenggang. Jam pulang kantor sudah berlalu sejam yang lalu

Putri dan Kutukan

Image
Dia cantik. Manis. Menawan. Tingkah lakunya anggun. Tapi ia tak bahagia. Senyum dan tawa jarang menghiasi wajahnya. Ia selalu murung dan sedih. Seperti sudah berteman akrab dengan pahit. Suatu ketika, Pangeran datang menyambangi kerajaannya. Itu kali pertama ku lihat ia tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit. Sang Pangeran memiliki urusan dengan Ayah nya. Sebelum pulang, ia menyempatkan diri untuk mengobrol dengan sang Putri di halaman istana. Ku lihat sang Putri sesekali tertawa dengan anggun. Oh Tuhan, ini benar - benar kali pertama ku lihat ia begitu bahagia. Bak kisah dongeng, sang Putri dan Pangeran saling jatuh cinta. Seminggu lagi adalah pesta pernikahannya. Sudah sejak berbulan - bulan lalu pesta ini disiapkan, mengundang seluruh kerajaan di daerah itu. Saat ini, Pangeran sedang ikut dalam perburuan. Namun ia berjanji untuk hadir menemui sang Putri, 3 hari sebelum pesta digelar. Saat 3 hari sebelum pesta pernikahan diadakan, sang Pangeran

Rumah

Image
Getaran itu masih ada. Nyata adanya. Di sela-sela tawa mu yang bergemuruh. Di antara kedua matamu yang membentuk bulan sabit saat tersenyum. Getarannya masih sama. Degup jantung ini tetap kencang. Hati ini masih hangat. Setelah bertahun - tahun, jawabannya masih sama. Jawabannya ada pada dirimu. Aku ingin jadi orang pertama yang kau cari saat kau merasa sedih dan gusar. Jadi tempat mu berkeluh - kesah kala hati mu gundah. Jadi alasan dibalik senyum mu yang merekah. Menampung segala keluh kesah dan bahagia mu. Jadi rumah tempat mu pulang.  Ya, rumah tempat mu pulang. #NgomongSendiri

'Harusnya'

Image
"Harusnya kamu ngerti" "Harusnya kamu tahu" "Harusnya kamu ga kaya gini" "Harusnya kamu kaya gitu" "Harusnya kamu lebih dewasa" "Harusnya kamu ..." "Harusnya ..." 'Harusnya' jadi kata paling menyakitkan saat ini. Seperti dituntut untuk menjadi lebih, melebihi kapasitas diri. Seperti mengharapkan orang lain yang bukan diri sendiri. Asing. Merasa salah jika diri ini bukan seperti yang seharusnya. Padahal, siapa kamu berani bilang 'harusnya'? #NgomongSendiri

Bahagia Itu Sederhana

Image
Hari ini aku merasa semua badan ku lemas tak berenergi. Padahal aku tak melewatkan sarapanku. Ku paksakan untuk masuk kelas hari ini karena jatah bolosku sudah habis dipakai. Aku benar-benar lemas saat jam kuliah sudah berakhir. Teman-teman ku sadar dan memberi tahu betapa pucatnya wajahku. Tak kuat menuruni tangga ke lantai 1, aku duduk di depan kelas sambil mengumpulkan energi. Tiba-tiba cairan merah keluar dari hidungku. Mimisan. Ya, aku selalu mimisan saat sedang stress atau kelelahan. Wajahku semakin pucat dan kurasakan tubuhku melemah. Kepala ku mulai terasa sakit dan berdenyut keras. Teman-teman yang melihatku mulai panik dan memberiku banyak tisu. Aku meminta salah satu teman ku untuk menghubungi 'dia'. Ia datang setengah berlari menuju lantai 3 tempat ku berada. Kulihat wajahnya yang panik dan terengah-engah. Ia menghampiri ku dan bertanya apakah aku membawa obat. Ku beri anggukan singkat. Ia mengerti penyakitku sedang kambuh. Diambilnya obat dari

Tangis Pilu

Image
Aku butuh tempat untuk menumpahkan air mata yang tak tertahankan ini. Aku pergi menyusuri gang kecil, menuju tempat persembunyian yang hanya diketahui aku dan dia. Sebelum ku bisa menangis, dia ada disana. Ia tiba lebih dulu. Menangis sesegukan di atap. Entah karena apa. Aku berpikir, sepertinya tidak ada tangisan yang lebih menyakitkan dibanding ini. Terasa sakit dan menyayat hati. Aku pun ikut menangis. Bukan karena hari ku yang menyakitkan. Melainkan karena mendengar tangisannya yang begitu pilu. Hai kamu, jangan pernah merasakan sedih seperti ini lagi, aku tak sanggup. #CeritaPendekSekali

Kehidupan Setelah Lulus

Image
Well , sebenernya gue ga tau apa yang mau gue tulis. Gue lagi kepikiran aja tentang tujuan hidup gue ke depannya. Apa yang pengen gue lakuin, apa yang mau gue capai. Bakal kerja apa gue nanti, dimana, dengan gaji berapa. Bisakah gue bikin bangga orang tua gue. Kapan gue akan menikah, punya rumah, menetap bersama suami. Akankah gue menikah lalu resign  dari kerjaan, atau menjadi istri yang berkarir. Semua pertanyaan itu tiba - tiba menyeruak di kepala gue. Gue ambil pulpen dan kertas untuk nulis itu semua, tapi gue sadar. Gue ga punya rencana apa - apa sama hidup gue. Cita - cita gue, gue bisa kerja di perusahan apapun itu asal bukan jadi banker , dengan gaji dua digit. Bisa bantu biaya kuliah ade bungsu gue, dan menikah sebelum umur gue 25 tahun. Punya rumah sendiri di Bandung (kenapa Bandung? Karena dekat dengan Sukabumi dan gue terlalu males untuk tinggal di Sukabumi), punya tabungan sendiri, dan doing whatever i wanna do, maybe ? Target terdekat gue si, lu

Memaknai Kegagalan

Image
Tahun lalu merupakan tahun yang penuh kegagalan bagi gue. Ya, 2019. Gagal ngambil mata kuliah skripsi. Gagal bertahan di semester 7. Gagal untuk sembuh. Gagal mempertahankan hubungan. Gagal sidang akhir bareng teman-teman yang lain. Gue memutuskan untuk ngambil cuti di semester 7. Ya, gue seberani dan seimpulsif itu. Tanpa mikirin dampak apa yang bakal gue dapet dari keputusan yang gue buat. Gue kira gue akan merasa aman dan bahagia karena bisa beristirahat dengan tenang selama 6 bulan tanpa memikirkan tuntutan akademik. Nyatanya ga sepenuhnya gue bener. Ngeliat temen satu per satu mulai UP, Kolokium, sampe Sidang ngebuat gue sadar. Gue bakal terlambat buat lulus. Gue bakal banyak ngulang matkul di tahun depan, sendirian bareng ade tingkat. Gue bakal ditinggal temen-temen gue. Berbulan-bulan gue terus memikirkan betapa pecundang dan gagalnya gue. Merasa menjadi orang paling tak berguna. Tau rasanya kayak apa? Sulit si buat dideskripsiin, tapi percayala

Untuk Adis

Image
Halo, gue Adis. Adisty Danya Putri. Sebagian temen gue manggil gue Teye, sebagian lain manggil gue Adis, dan beberapa manggil gue Disty. Ada beberapa orang juga yang bercandain gue dengan manggil gue Danyap. Gue ga keberatan. Tulisan ini gue khususkan untuk diri gue yang udah menemani gue sampai 21 tahun ini. Harusnya gue tulis ini di hari ulang tahun gue kemarin. Tapi gue malah terlalu asik meratapi sepinya ulang tahun gue kala itu. Maafin gue, ya. Hai, Adis. Gue tahu pasti lo gabut banget ya selama quarantine day di rumah. Denger - denger, lo lagi seneng banget masak nih. Bagus dah, jangan rebahan mulu ya! Tahun lalu tahun yang berat ya buat dilalui? Tapi liat deh, lo berhasil melaluinya. Makasih ya, sudah bertahan sejauh ini. Lo keren dan kuat dengan cara lo sendiri. Gue bangga. Gue mau bilang, jangan kebanyakan insecure dan overthinking  sesuatu. Lo cantik dengan cara lo sendiri (walaupun pipi lo ngembang gede wkwk). Semua pikiran