Putri dan Kutukan




Dia cantik. Manis. Menawan.
Tingkah lakunya anggun.
Tapi ia tak bahagia.
Senyum dan tawa jarang menghiasi wajahnya.
Ia selalu murung dan sedih. Seperti sudah berteman akrab dengan pahit.

Suatu ketika, Pangeran datang menyambangi kerajaannya. Itu kali pertama ku lihat ia tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit. Sang Pangeran memiliki urusan dengan Ayah nya. Sebelum pulang, ia menyempatkan diri untuk mengobrol dengan sang Putri di halaman istana. Ku lihat sang Putri sesekali tertawa dengan anggun. Oh Tuhan, ini benar - benar kali pertama ku lihat ia begitu bahagia.

Bak kisah dongeng, sang Putri dan Pangeran saling jatuh cinta. Seminggu lagi adalah pesta pernikahannya. Sudah sejak berbulan - bulan lalu pesta ini disiapkan, mengundang seluruh kerajaan di daerah itu. Saat ini, Pangeran sedang ikut dalam perburuan. Namun ia berjanji untuk hadir menemui sang Putri, 3 hari sebelum pesta digelar.

Saat 3 hari sebelum pesta pernikahan diadakan, sang Pangeran tak kunjung datang. Sang Putri tetap menunggu. Hingga hari yang ditunggu - tunggu tiba, sang Pangeran tidak pernah muncul. Datanglah kabar dari istana tempat Pangeran tinggal, bahwa Pangeran gugur dalam perburuan terakhir mereka. Dirinya kalah saat berhadapan dengan harimau yang tak disangka akan hadir, dan para pegawai istana gagal membawa pulang jenazahnya.

Sejak saat itu, sang Putri kembali lagi menjadi Putri yang selalu murung dan sedih. Ini sudah kali ketiga Pangeran yang berusaha menikahinya, tewas mengenaskan. Kutukan itu nyata, mengatakan bahwa ia akan gagal menikah dengan 3 Pangeran tampan dan baik hatinya, sebelum akhirnya berhasil menikah dengan Pangeran keempat. Ternyata, ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kecantikan. Kini sang Putri sadar, ia tak butuh semua kecantikan dan keanggunan itu. Mereka tidak membuat sang Putri bahagia, tidak mengobati pahit di hatinya. Mereka hanyalah penghias luar, yang membuat orang lain senang melihatnya. Tapi cermin tak pernah berbohong. Mata yang setiap hari melihat balik ke arahnya selalu menegaskan bahwa ia tak bahagia.

Sang Putri semakin tua dalam masa penantian menunggu sang Pangeran keempat. Ia tak pernah hadir. Sang Putri terus menunggu, sampai putih rambutnya dan rabun penglihatannya.

#CeritaPendekSekali

Comments

Popular posts from this blog

Ditinggal Nikah

Matematika dan Segala Drama-nya

Yet to Come